"Tak kusangka semua menjadi seperti ini. Maafkan aku."
"Tak apa, kuharap kau bisa mengerti"
Wanita itu mengangguk pelan, "Aku mengerti"
Hening. Suasana yang semula hangat berubah menjadi canggung, dan terasa menyakitkan. Kedua orang itu hanya duduk diam tak tahu ingin mengatakan apalagi.
"Apa.. apa kau ingin kopi? akan kubuatkan," cetus sang wanita seraya tersenyum berusaha mencairkan suasana.
"Tidak usah, aku akan pulang sekarang."
"Baiklah akan kuantar kau sampai pintu depan."
Lampu jalanan bersinar muram, bahkan cahayanya tidak mampu menembus kegelapan diujung jalan.
"Jadi," gumam sang wanita. "Persahabatan kita sampai disini, bukan?"
"Apa maksudmu? Tidak lagi bertemu bukan berarti persahabatan kita berakhir."
"Bukankah lebih baik diakhiri? Untuk apa dipertahankan sedangkan untuk menemuimu saja aku tidak bisa?"
"Hana," ditatapnya kedua mata sang wanita yang terus menatapnya lembut.
"Chandra"
"Hum?"
"Yang mencintaimu bukan dia saja, kau tahu?"
Chandra terdiam dan hanya bisa menatap pias pintu yang perlahan tertutup.